Kamis, 30 Desember 2010

Perkawinan menurut UU no.1 th.1974

I. Perkawinan Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
1. Garis besar isi UU No. I tahun 1974
Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan terdiri dari 14 bab, dan terbagi dalam 67 pasal. Isi masing-masing bab itu secara garis besar adalah sebagai berikut :
a.  Bab I Dasar perkawinan, berisi ketentuan mengenai
1) Pengertian clan tujuan perkawinan.
2) Sahnya perkawinan
3) Asas monogami dalam perkawinan
b.  Bab II syarat-syarat perkawinan, berisi ketentuan mengenai:
1) Ketentuan kedua mempelai
2) Izin kedua orangtua
3) Pengecualian persetujuan kedua calon mempelai dan izin kedua orang tua
4)  Batas umur perkawinan
5)  Larangan perkawinan
6) Jangka waktu tunggu
7)  Tata cara pelaksanaan perkawinan
c.  Bab III pencegahan perkawinan, berisi tentang:
1)  Pencegahan perkawinan
2)  Penolakan perkawinan

d.      Bab IV Batalnya perkawinan, yang berisi ketentuan tentang dapat dibatalkannya suatu perkawinan, pihak yang dapat mengajukan pembatalan, dan ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan perkawinan.
e.       Bab V Perjanjian perkawinan, berisi ketentuan tentang dapat diadakan perjanjian tertulis pads waktu atau sebelum perkawinan oleh kedua belch pihak atas persetujuan bersama, dan mengenai pengesahan mulai berlakunya, serta kemungkinan perubahan perjanjian tersebut.
Bab VI Hak dan kewajiban suami istri, yang berisi ketentuan tentang hak dan kewajiban suami istri, balk sendiri-sendiri atau bersama-sama.
g. Bab VII Harta benda dalam perkawinan, yang berisi ketentuan tentang harts benda bawaan masing-masing.
h.Bab VIII Putusnya perkawinan serta akibatnya, yang berisi ketentuan tentang putusnya perkawinan dan akibat-akibatnya.
i. Bab IX Kedudukan anak, berisi ketentuan tentang kedudukan anak yang Bah, dan anak yang dilahirkan di luar perkawinan.
j.           Bab X Hak clan kewajiban antara orang tua dan anak yang berisi ketentuan tentang hak dan kewajiban orang tua Berta hak dan kewajiban anak.
k.         Bab XI Perwalian, yang berisi ketentuan mengenai perwalian bagi anak yang belum mencapai 18 tahun dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tuanya.
1.      Bab XII Ketentuan-ketentuan lain.
m.  Bab XIII Ketentuan perwalian.
n.       Bab XIV Ketentuan penutup.


2. Pencatatan perkawinan
Dalam UU No. I tahun 1974 pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa "tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku".
Selanjutnya dalam kompilasi Hukum Islam di Indonesia dirinci sebagai berikut :
a.         Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.
b.         Pencatatan perkawinan harus dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah.
c. Setiap perkawinan dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah.
Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.
3. Sahnya perkawinan
Dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 2 ayat (1) ditegaskan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing­Masing agamanya dan kepercayaannya itu.
Selanjutnya ditegaskan dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia sbb. :
a.            Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam.
b.           Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
4.           Tujuan perkawinan
Dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin, antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai swami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Selanjutnya ditegaskan dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (perhatikan Surat Ar Rum 21).
5.           Batasan-batasan
Dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 3 ayat (1, 2) dinyatakan bahwa "Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleti mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleti mempunyai seorang swami".
Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila clikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Selanjutnya pads pasal 4 dan 5 ditegaskan bahwa dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, is wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya, Pengadilan hanya memberi izin berpoligami apabila :
                                                                                                                                                   
a.            Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.
b.           Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
c.            Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Kemudian dalam mengajukan permohonan poligami, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut
a.            Adanya persetujuan dari istri.
b.           Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri clan anak-anak mereka.
C. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri­istri clan anak-anak mereka.
Pertanyaan
1.           Jelaskan secara garis besar 5 (lima) macam hukum nikah!
2.           Terangkan tujuan nikah menurut pedoman Al Qur'an!
3.           Sebutkan rukun nikah!
4.           Jelaskan kewajiban suami dan kewajiban.istri dalam membina keluarga bahagia!
5.           Jelaskan pengertian talak, iddah dan rujuk!.
6.           Jelaskan hikmah dalam kehidupan bermasyarakat!
7.           Jelaskan secara garis besar prinsip-prinsip perkawinan menurut UU No. 1 tahun 1974!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar